Perusahaan Ramai-Ramai Pecat Gen Z, Apa yang Salah Dengan Proses Pendidikan ?
Ilustrasi Gen Z (www.pixabay.com) |
Priangan Ekspress - Setiap generasi pada dasarnya memiliki cara dan gaya masing – masing dalam bekerja. Kebiasaan Gen Z yang telah memasuki dunia kerja pun sering kali menjadi perhatian para seniornya. Baru-baru ini, diketahui banyak perusahaan yang memecat pegawai baru mereka yang merupakan Gen Z karena berbagai alasan. Lantas, bagaimana karakteristik Gen Z sebenarnya yang membuat mereka kurang disukai di tempat kerja.
Dilansir dari Euronews, banyak perusahaan di Eropa ramai-ramai memberhentikan karyawan Gen Z tak lama setelah mereka diterima. Fakta tersebut terungkap dalam sebuah studi yang melibatkan 1.000 manajer yang membawahi pekerja usia sekitar 20 an. Hasilnya, satu dari enam orang manajer mengaku tidak mau lagi mempekerjakan Gen Z karena reputasi mereka yang buruk ketika bekerja.
Berdasarkan pengakuan mereka, banyak orang yang lahir pada 1997-2000 belum siap untuk memasuki dunia kerja. Mereka cenderung tidak mengerti etika kerja, kesulitan berkomunikasi, tidak mau menerima kritikan, dan secara belum mampu memenuhi tuntutan dunia kerja.
Lantas, apa alasannya ? Holly Schroth, dosen senior Haas School of Business at the University of California, mengungkapkan hal itu bisa saja dipengaruhi oleh sistem pendidikan. Banyak Gen Z lebih fokus pada ekstrakulikuler saat kuliah. Tapi mereka kurang pengalaman untuk masuk ke dunia kerja.
"Mereka tidak tahu kemampuan dasar untuk berinteraksi sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja ataupun etika tempat kerja. Hasilnya, tergantung perusahaan apakah mau menerima pegawai baru dengan benar dan memberi mereka pelatihan. Untuk itu, bos harus bersikap seperti coach sekaligus manajer," ungkapnya.
Salah satu menajer bahkan memberikan testimoninya. Ia mengungkapkan bahwa, pada dasarnya Gen Z kurang pengalaman dan bekal soft skill maupun hard skill. Di samping itu ada 10 alasan yang mengakibatkan Gen Z dipecat dari pekerjaannya :
1. Kurang motivasi dan inisiatif dalam bekerja (50%)
2. Kurang profesional (46%)
3. Kurang kemampuan organisasi (42%)
4. Kurang kemampuan komunikasi (39%)
5. Kurang bisa menanggapi feedback (dari atasan atau klien) (38%)
6. Kurang pengalaman kerja yang relevan (38%)
7. Kurang dalam memecahkan masalah (34%)
8. Kemampuan teknisnya tidak efisien (31%)
9. Tidak bisa berbaur dengan budaya perusahaan (31%)
10. Kesulitan bekerja tim (30%)
Apa yang terjadi di negara – negara barat tersebut tentunya menjadi pelajaran berharga bagi pengambil kebijakan di tanah air dalam menjalankan proses pendidikan. Untuk itu, tentu kita semua berharap proses pendidikan yang akan dijalankan oleh para pelaksana di bidang pendidikan akan mampu melahirkan para lulusan yang adaptif dengan perkembangan zaman.
Tidak ada komentar